Augmentative and Alternative Communication (AAC)
Apakah Anda pernah mendengar tentang Augmentative and Alternative Communication (AAC)? Teknologi ini menjadi jembatan komunikasi bagi mereka yang memiliki kesulitan berkomunikasi. AAC dirancang untuk membantu anak-anak yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbicara, termasuk mereka yang didiagnosis dengan autisme, cerebral palsy, down syndrome, dan gangguan neurologis lainnya.
Apa itu AAC?
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam komunikasi verbal, kemampuan untuk mengekspresikan diri bisa menjadi tantangan besar. Dalam konteks ini, Augmentative and Alternative Communication (AAC) menjadi solusi yang sangat penting. AAC adalah istilah umum yang mencakup berbagai metode komunikasi yang digunakan untuk membantu individu yang memiliki kesulitan berbicara atau tidak dapat berbicara sama sekali. AAC berupa alat bantu visual seperti papan gambar, buku komunikasi, isyarat tangan, hingga perangkat teknologi canggih seperti aplikasi di tablet yang dirancang untuk membantu individu berkomunikasi dengan orang lain. Diharapkan dengan menggunaan AAC, dapat berdampak positif, tidak hanya pada kemampuan komunikasi, tetapi juga pada kualitas hidup anak secara keseluruhan.
Sejarah AAC (Augmentative and Alternative Communication)
1. Awal Mula Konsep Komunikasi Alternatif. Tahun 1950-an – 1960-an.
Ide tentang komunikasi alternatif mulai muncul pada tahun 1950-an dan 1960-an, ketika para profesional kesehatan menyadari kebutuhan akan metode komunikasi untuk individu dengan gangguan verbal, terutama mereka yang mengalami cerebral palsy atau gangguan perkembangan lainnya. Selama periode ini, alat komunikasi yang digunakan cukup sederhana, seperti papan gambar atau simbol, serta metode isyarat tangan.
2. Perkembangan Metode dan Alat Bantu Komunikasi. Tahun 1970-an – 1980-an.
Pada tahun 1970-an, istilah “Augmentative and Alternative Communication” pertama kali digunakan. Fokus AAC mulai mengarah pada kombinasi teknik komunikasi, termasuk penggunaan alat bantu non-elektronik seperti buku komunikasi, dan alat bantu elektronik seperti synthesizer suara sederhana. Penelitian mulai menunjukkan bahwa individu dengan gangguan komunikasi bisa mendapatkan manfaat dari alat bantu komunikasi yang dirancang khusus untuk kebutuhan mereka. Picture Exchange Communication System (PECS) diperkenalkan pada tahun 1985, memberikan cara baru untuk mengajarkan komunikasi kepada anak-anak autisme dan individu dengan gangguan komunikasi lainnya.
3. Munculnya Teknologi AAC Berbasis Komputer. Tahun 1990-an.
Dengan kemajuan teknologi komputer, AAC mulai berkembang lebih pesat. Perangkat komunikasi berbasis komputer mulai dibuat dengan program yang dapat menghasilkan suara sintetis dan memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi lebih efektif. Papan komunikasi elektronik dengan layar sentuh dan perangkat lunak yang memungkinkan pengguna memilih simbol atau kata-kata untuk menghasilkan kalimat mulai diperkenalkan.
4. Peningkatan Aksesibilitas dan Kesadaran. Tahun 2000-an.
Aksesibilitas ke teknologi AAC semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi mobile dan aplikasi komunikasi berbasis tablet. Ini memungkinkan AAC menjadi lebih terjangkau dan tersedia bagi lebih banyak individu. Kesadaran akan pentingnya AAC juga semakin luas di kalangan profesional kesehatan, pendidikan, dan masyarakat umum. Program pelatihan untuk penggunaan AAC di sekolah dan di rumah mulai diperkenalkan secara lebih luas. Penerapan teknologi AAC juga semakin disesuaikan dengan kebutuhan individu, seperti pengembangan perangkat dengan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan pola komunikasi pengguna.
5. Era Digital dan Masa Depan AAC. Tahun 2010-an – Sekarang.
Teknologi AAC terus berkembang dengan integrasi kecerdasan buatan (AI), yang memungkinkan perangkat untuk lebih responsif dan personalisasi berdasarkan kebutuhan pengguna. Perangkat seperti aplikasi pada tablet dan smartphone yang dirancang khusus untuk komunikasi semakin populer. Alat komunikasi yang dapat diakses melalui teknologi wearable dan integrasi dengan teknologi smart home menjadi tren baru dalam pengembangan AAC. Penelitian dan inovasi terus dilakukan untuk membuat perangkat AAC lebih intuitif, efektif, dan dapat diakses oleh individu dengan berbagai kebutuhan khusus, baik dari segi bahasa, budaya, maupun kemampuan fisik.
Jenis-Jenis Augmentative Alternative Communication
AAC dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama:
- AAC Tanpa Bantuan (Unaided AAC): Menggunakan isyarat tangan, bahasa tubuh, atau ekspresi wajah tanpa memerlukan alat bantu. Contohnya termasuk bahasa isyarat atau gerakan tangan.
- AAC dengan Bantuan (Aided AAC): Menggunakan alat atau perangkat untuk membantu komunikasi. Ini bisa berupa papan komunikasi dengan gambar atau simbol, hingga perangkat elektronik yang lebih canggih seperti aplikasi komunikasi di tablet.
Dampak Positif penggunaan AAC pada anak-anak berkebutuahn khusus, dalam peningkatan komunikasi dan aspek lainnya.
- Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Studi pada Anak dengan Autisme: Penelitian yang dilakukan oleh Bondy dan Frost (1994), pengembang Picture Exchange Communication System (PECS), menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme yang menggunakan PECS mengalami peningkatan yang signifikan dalam kemampuan komunikasi fungsional. Sekitar 76% anak-anak dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan untuk memulai komunikasi.Peningkatan dalam Bahasa Reseptif dan Ekspresif: Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Speech, Language, and Hearing Research menunjukkan bahwa penggunaan AAC meningkatkan keterampilan bahasa reseptif (pemahaman) dan ekspresif (penggunaan) pada anak-anak dengan berbagai gangguan komunikasi. Peningkatan ini dilaporkan oleh sekitar 70-80% dari peserta yang menggunakan berbagai bentuk AAC, termasuk alat berbasis teknologi dan metode isyarat.
- Peningkatan Keterlibatan Sosial
Penelitian dari Augmentative and Alternative Communication Journal melaporkan bahwa anak-anak yang menggunakan AAC lebih mungkin untuk terlibat dalam interaksi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa. Penggunaan AAC di sekolah dilaporkan meningkatkan partisipasi sosial anak hingga 50% dibandingkan dengan sebelum menggunakan AAC.
- Pengembangan Kemandirian dan Partisipasi Pendidikan
Data dari penelitian di sekolah menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan AAC berpartisipasi lebih aktif dalam kegiatan kelas. Sekitar 60-70% siswa yang menggunakan AAC dilaporkan mampu mengikuti instruksi guru dan berinteraksi dengan teman sekelas secara lebih efektif.
- Kemandirian dalam Berkomunikasi:
Penelitian yang dilakukan oleh Light dan McNaughton (2014) menunjukkan bahwa penggunaan AAC meningkatkan kemandirian anak dalam komunikasi sehari-hari. Sekitar 65-75% anak-anak yang menggunakan perangkat AAC dapat berkomunikasi tanpa harus bergantung sepenuhnya pada bantuan dari orang lain.
- Peningkatan Kepuasan Keluarga dan Kualitas Hidup.
Survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% keluarga melaporkan peningkatan kualitas hidup setelah anak mereka mulai menggunakan AAC. Mereka merasakan bahwa anak mereka lebih mampu mengekspresikan keinginan dan kebutuhan, mengurangi frustrasi yang biasanya dialami karena hambatan komunikasi.
Sumber penulisan
www.asha.org
www.nidcd.nih.gov
www.aacandautism.com
www.tandfonline.com
www.communicationmatrix.org