Ciri-ciri Kemandirian Anak

Ciri-ciri Kemandirian Anak

Berbicara tentang kemandirian, kita tentu ingin mengetahui “Ciri-ciri Kemandirian”. Dengan mengetahui, kita dapat memastikan goal kemandirian yang akan dicapai. Apakah sudah tepat jika menyatakan mandiri?

Beberapa ahli mengemukankan pendapatnya tentang ciri-ciri kemandirian. Pendapat-pendapat para ahli, seperti Gilmore dalam Chabib Thoha, Lindzey & Ritter, Hasan Basri, Antonius, menyebutkan hal-hal berikut ini dalam ciri-ciri kemandirian:

  1. Ada rasa tanggung jawab
  2. Mampu bekerja sendiri secara mandiri  (jarang meminta pertolongan orang lain)
  3. Memiliki sikap kreatif,
  4. Punya insiatif,
  5. Menguasa ketrampilan dan keahlian sesuai dengan bidang kerjanya
  6. Menghargai waktu
  7. Punya rasa aman jika memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain
  8. Memiliki menyelesaikan persoalan
  9. Mampu menimbangan dengan baik problem yang dihadapi secara intelegen
  10. Puas dengan pekerjaan yang dilakukannya.
  11. Punya percaya diri
  12. Dapat melayani diri sendiri, terutama untuk hal-hal pribadi

Ciri-ciri tersebut diambil oleh para ahli melalui melalui pengamatan kehidupan bermasyarakat dan adat istiadat masyarakat ataupun penelitian.

Banyak ya, ciri kemandirian itu. Teorinya!. Ya ?

Kenyataannya, 12 ciri kemandirian di atas, tidak mudah dilakukan oleh seorang anak. Eh kok anak, manusia dewasa saja tidak mudah. Betul kan? Jadi apakah ini artinya tidak ada seorangpun yang mandiri?
He he he… selalu ada standar ideal, tidak berarti semua orang perlu mencapai ke-ideal-an

Nah karena begitu banyak kriteria tentang kemandirian, yang pada kenyataannya tidak mudah dilakukan, maka saya lebih suka menikmati proses memandirikan anak, daripada mengukur anak sudah mandiri atau belum. Dimana proses kemandirian yang saya maksud, merujuk pada acuan tumbuh kembang anak. Dengan menggunakan empat kriteria perkembangan penilaian atas proses. Empat kriteria tersebut adalah Motorik Kasar, Motorik Halus, Bahasa dan Wicara, terakhir Personal social. (ada ahli yang menambahkan sebuah kriteria lagi yaitu kognitif).

Mengapa saya lebih suka menikmati proses?
He he he, karena saya memahami tidak satupun anak yang  proses perkembangan sempurna, bersamaan di empat kriteria berkembang sesuai standar. Ada anak yang lebih dulu mencapai, ada yang lebih lambat. Ada yang lebih menonjol.  Yes, setiap pribadi anak punya keunikan tersendiri.

Anak yang lebih cepat mencapai perkembangan sesuai usia, yang dijadikan rujukan atas 9 kecerdasan anak.  Anak-anak yang tertinggal/ bermasalah dijadikan rujukan oleh para ahli sebagai anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Baik yang terlalu cepat dan yang terlalu lambat, perlu diperhatikan, karena akan menganggu pencapaian kemandiriannya.  (Dimana untuk batasannya anak tertinggal atau bermasalah atau anak terlalu  cepat perkembangannya sebaiknya berkonsultasi dengan ahlinya agar mendapatkan dukungan yang tepat.)

Contoh, ada anak yang lebih dulu bicara daripada berjalan. Artinya kemandirian untuk berbicara dan bahasa sudah lebih dulu dicapai dari kemandirian untuk yang berkaitan dengan motorik kasar. Tetapi masih dalam batasan yang menurut para ahli, belum ketinggalan/ bermasalah, sesuai usianya. Artinya lagi, secara keseluruhan kemandirian untuk usianya tercapai. Anak sudah mandiri di usia tersebut.  Beda jika terlalu cepat atau terlalu lambat. Hal ini akan berpotensi gangguan dalam perkembangan secara umum. Seperti anak yang (terlalu) terlambat bicara. Anak ini akan berpotensi dalam mandiri di kriteria bahasa dan wicara.  Ini masalah perkembangan. Betul ya?

Ups,
Lalu bagaimana orangtua memastikan anaknya sudah mandiri di usia tertentu? Belum ketinggalan/ bermasalah atau terlalu cepat?

Kita pakai acuan orangtua saja ya, bukan berpijak pada pandangan para ahli.
Begini, setiap orangtua pasti punya buku bayi. Yang didapat setelah seorang ibu melahirkan bayinya. (jaman sekarang, kalau gak punya pasti lahirannya gak ke rumah sakit, gak ke klinik, gak juga di bantu bidan.  Dengan kata lain, lahiran sendiri. he he he.. ). Di dalam buku bayi, umumnya selalu ada informasi tentang perkembangan yang seharusnya sudah dicapai sesuai usianya.  Contoh

isi buku bayiSumber gambar : blue.kumparan.com

Tinggal cari usia anak dalam buku bayi, baca perkembangan yang perlu dicapai anak dan bandingkan dengan perkembangan ananda. (kalau sudah mencapai artinya anak sudah mandiri, di kriteria tersebut. Ingat ya ada 4 kriteria perkembangan). Cek satu demi satu. Kalau belum tercapai, orangtua juga tidak perlu langsung gelisah, karena ada tengat waktu antara yang tertera di buku dengan waktu pencapaian anak. Untuk lebih menenangkan, kekhawatiran orangtua, maka bapak dan ibu bisa konsultasi sama dokter/ bidan/ perawat/ petugas posiandu yang ikut mengawasi tumbuh kembangnya. Mereka akan membantu bapak dan ibu, menentukan apakah ananda perlu mendapat penanganan serius atau belum terkait tumbuh kembangnya.

Untuk memudahkan juga, saya posting acuan  mandiri (secara umum) yang perlu dicapai anak di setiap perkembangannya. Dan apa yang diperlukan anak, untuk dipenuhi orangtuanya.
Apa itu?
Cek yuk di Anak Mandiri Anak Bahagia (Klik aja link ini)

Di link tersebut, ada 5 area kemandirian secara umum sesuai dengan kelompok perkembangannya. Yaitu di kelompok anak yang baru lahir, balita, anak, remaja dan dewasa. Karena dengan memahami mandiri yang perlu dicapai di setiap kelompok perkembangan, menurutku, orangtua lebih mudah mengarahkan anaknya mandiri. Orangtua juga bisa lebih fokus pada proses daripada hasil.

Setelahnya, baru kita ngobrol lagi soal kemandirian lagi ya? Terutama untuk mengetahui perbedaan kemandirian untuk anak reguler dan anak berkebutuhan khusus. Beda? Tentu saja. Anak berkebutuhan khusus punya kondisi yang tidak sama dengan anak reguler.

Atau, jika bapak dan ibu sudah ingin mampu memandirikan anak, tidak lagi berpanjang dengan teori,bagaimana jika langsung menuju ke laman ini?
Ikuti Kelas Training Online YPKA “Seri Kemandirian”

Membantukah?

Sip.. sampai jumpa lagi di tulisan tentang anak-anak berkebutuhan khusus.