Daniel G. Amen, M.D., adalah seorang dokter, psikiater dengan dua sertifikasi, guru, dan penulis buku harian New York Times. Dr. Amen adalah pendiri dan direktur medis Amen Clinics di Newport Beach dan San Francisco, California, Bellevue, Washington, Reston, Virginia, Atlanta, dan New York City. Beliau juga menjadi Anggota kehormatan dari American Psychiatric Association (APA). Menulis pun ditekuninya, dengan menjadi penulis atau pendamping penulis dari 60 artikel profesional. Dengan 30 buku karyanya, termasuk  The Daniel Plan, Change Your Brain, Change Your Life, Magnificent Mind at Any Age, and Healing

Hingga tahun 2013, merujuk pada DSM-5, terdapat 3 sub-tipe ADHD yaitu: ADHD dengan faktor dominan kurangnya perhatian, ADHD dengan faktor dominan hiperaktif-impulsif dan ADHD gabungan, dimana setiap orang memiliki profil otak yang unik.

Dalam hal ini, meskipun telah dibagi dalam 3 golongan, penelitian membuktikan bahwa tidak ada dua orang penyandang ADHD yang persis sama. Dan setiap penyandang ADHD memiliki pengalaman yang berbeda tentang ADHDnya.

Akhirnya Daniel Amen, menyampaikan pendapatnya bahwa ADHD terbagi atas 7 golongan. Dimana golongan tersebut adalah:

1. Classic ADD

Gejala:

Kurang mampu memperhatikan,  mudah terdistraksi, hiperaktif, tidak terorganisir dan impulsif. Aktivitas otak normal saat istirahat; penurunan aktivitas otak ketika anak mendapat tugas yang membutuhkan konsentrasinya.

Penyebab:

Defisiensi Dopamine (dopamine adalah : neurotransmiter penting yang terdapat pada otak manusia, yang berfungsi sebagai pengantar pesan atau rangsangan antar saraf), dan sebagai hormon. Umumnya, molekul kecil ini dilepas saat sebuah saraf terangsang untuk menstimulasi saraf lainnya yang letaknya berdekatan. Saat terjadi defisiensi dari dopamine, maka terjadilah penurunan aliran darah di korteks prefrontal dan serebelum, serta ganglia basalis, Dan dalam hal ini maka fungsi dopamine yang terlibat dalam proses berpikir, belajar, pergerakan, motivasi, kepuasan, dan lainnya pun mengalami penurunan

Pengobatan:

Obat-obatan stimulan, seperti Ritalin, Adderall, Vyvance atau Concerta, atau suplemen merangsang, seperti rhodiola, teh hijau, ginseng, serta asam amino L-tirosin, yang merupakan blok bangunan dopamin; aktivitas fisik ekstra; minyak ikan yang lebih tinggi di EPA daripada di DHA.

2. Inattentive ADD

Gejala:

Rentang perhatian yang pendek, mudah terdistraksi, tidak terorganisir , senang menunda-nunda, sering melamun dan introvert,  tidak ditemui perilaku hiperaktif atau impulsif. Lebih banyak dijumpai pada penyandang ADHD wanita dibandingkan dengan  dari anak laki-laki.

Penyebab:

a. Defisiensi Dopamine;

b. Aktifitas rendah di korteks prefrontal (bagian otak yang terletak dibelakang tulang dahi).

Pengobatan:

Obat-obatan stimulan, seperti Adderall, Vyvance atau Concerta, atau suplemen yang menstimulasi, seperti asam amino L-tirosin; diet tinggi protein, rendah karbohidrat; Latihan rutin.

3. Over-Focused ADD

Gejala:

Gejala jadi jenis ADHD ini, sama dengan gejala yang dijumpai pada  Classic ADD ditambah dengan ada masalah dalam kemampuan bertahan dari pengalihan perhatian, dengan cepat berpindah dari konsentrasi pada satu tugas tertentu ke tugas-tugas yang lain dan seringkali terjebak dalam pola perilaku ataupun pemikiran negatif.

Penyebab:

a. Defisiensi dopamin dan serotonin (Serotonin adalah bahan kimia yang diproduksi otak yang dapat membantu memperbaiki suasana hati dan mengurangi kesedihan dan depresi)

b. Terjadi over-aktifitas di gyrus cingulate anterior, (bagian otak, yang diperkirakan mempunyai peranan dalam berperilaku dan kemampuan kognitif/ berpikir manusia). Over aktifitas dari GCA ini memicu hambatan untuk bersikap fleksibel.

Pengobatan:

Suplemen, seperti L-triptofan, 5-HTP (suplemen diet digunakan sebagai antidepresan), saffron, dan inositol (nutrisi alami yang digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan, fokus, suasana hati dan kejernihan mental); sebaliknya anti-depresan Effexor, Pristique, atau Cymbalta; hindari diet protein tinggi, yang dapat memicu perilaku rata-rata. Neurofeedback.

4. Temporal Lobe ADD

Gejala:

Gejalanya merupakan gabungan dari gejala penyandang Classic ADD  ditambah dengan keterlibatan dalam proses belajar mengajar, kemampuan mengingat dan masalah perilaku. Seperti mudah tersulut kemarahannya, agresif dan paranoid (ketakutan berlebihan atas hal yang tidak umum) ringan.

Penyebab:

a. Kelainan pada lobus temporal (Lobus temporal terletak di belakang telinga dan meluas melalui bagian tengah otak. Hal ini penting, karena memungkinkan kita untuk memiliki kedua memori jangka pendek dan jangka panjang serta kemampuan untuk memproses penglihatan dan suara. Lobus temporal juga rumah bagi bahasa-pusat pengolahan dari otak)

b. Penurunan aktivitas di korteks prefrontal.

Pengobatan:

Asam amino GABA (asam gamma-aminobutryic) untuk menenangkan aktivitas saraf dan menghambat sel-sel saraf dari over-firing atau menembak secara tidak teratur; magnesium untuk membantu kecemasan dan iritabilitas; obat anti-konvulsan untuk membantu stabilitas suasana hati; gingko atau vinpocetine untuk membantu masalah belajar dan memori.

5. Limbic ADD

Gejala:

Gejalanya merupakan gabungan dari gejala penyandang Classic ADD  ditambah dengan, kesedihan tingkat rendah kronis (bukan depresi): kemurungan, energi rendah, sering merasa tidak berdaya atau rasa bersalah berlebihan, dan self esteem rendah.

Penyebab:

Terlalu banyak aktivitas di bagian otak limbik (bagia otak yang ini bertanggung jawab terutama untuk kehidupan emosional kita, dan banyak berkaitan dengan pembentukan ingatan menurunkan aktivitas korteks prefrontal, baik berkonsentrasi pada tugas atau saat istirahat.

Pengobatan:

Suplemen DL-fenilalanin (DLPA), L-Tryosine, dan SAMe (s-adenosyl-methionine); anti-depresan Wellbutrin atau Imipramine; olahraga; modifikasi minyak ikan dan diet.

6. Ring of Fire ADD (“ADD plus”)

Gejala:

Sensitif dalam satu waktu tertentu terhadap suara, cahaya, sentuhan, berperilaku buruk, implusif,  berbicara dengan cepat, kecemasan dan sangat ketakutan.

Penyebab:

Seluruh bagian Otaknya hiperaktif (seluruh otak terlalu aktif, dipicu oleh terlalu banyak aktivitas di seluruh korteks serebral dan area lain)

Pengobatan:

Stimulan saja dapat memperburuk gejala. Mulailah dengan diet eliminasi. Jika dicurigai adanya alergi, neurotransmitter GABA dan serotonin didorong melalui suplemen, seperti GABA, 5-HTP, dan L-tyrosine, dan obat-obatan, jika diperlukan. Untuk obat-obatan, dimulai dengan antikonvulsan dan obat tekanan darah guanfacine dan clonidine, yang menenangkan hiperaktivitas secara keseluruhan.

7. Anxious ADD

Gejala:

Gejalanya merupakan gabungan dari gejala penyandang Classic ADD  ditambah dengan,gelisah dan tegang, memiliki gejala stres fisik seperti sakit kepala dan sakit perut, berpikiran untuk mempunyai prediksi buruk, diam dan terpaku dalam situasi yang memicu kecemasan, terutama jika dihakimi.

Penyebab:

Aktivitas tinggi di basil ganglia (kebalikan dari sebagian besar jenis ADD, di mana ada aktivitas rendah).

Pengobatan:      Gunakan pendekatan relaksasi dan tingkatkan kadar dopamine dan GABA. TAMBAH stimulan. Mulailah dengan berbagai suplemen “menenangkan”, seperti L-theanine, relora, magnesium, dan basil suci. Antidepresan trisiklik Imipramine atau Desipramine untuk menurunkan kecemasan, tergantung pada individu. Neurofeedback untuk mengurangi gejala kecemasan, terutama untuk menenangkan korteks prefrontal.

Catatan: Semua jenis pengobatan HARUS di bawah pengawasan dokter/ ahli. 

Apa Penyebab ADHD?

Para ahli menyatakan bahwa ADHD TIDAK disebabkan oleh pengasuhan yang buruk, jatuh atau cedera pada kepala, peristiwa kehidupan yang traumatis, gangguan digital, permainan video dan televisi, kurangnya aktivitas fisik, aditif makanan, alergi makanan, atau gula berlebih. ADHD sebagaimana telah disebutkan dalam artikel sebelumnya, disebabkan oleh perbedaan kimia, struktural, dan konektifitas di otak, dan ADHD dinyatakan sebagian besar sebagai akibat dari genetika.

Beberapa gen telah dikaitkan dengan ADHD, yang sangat mudah dideteksi termasuk gen reseptor dopamin DRD4 dan D2, serta gen transportasi dopamin (DAT1). Gen yang mempengaruhi aktivitas serotonin juga dapat memainkan peran (Henriguez dkk, 2008; Soo-Churi dkk, 2012; Gizer dkk 2008, Franke dkk, 2010).

Ada banyak bukti bahwa AD / HD diwariskan secara turun temurun dalam keluarga (bukti ADHD disebabkan oleh faktor genetik.) Studi terbaru menunjukkan orangtua penyandang ADHD memiliki kemungkinan sebesar 40-60%,  anak-anaknya berpotensi sebagai penyandang ADHD (Biderman dkk., 1992; Medine dkk, 2003; Barkley, 2008).

Mendiagnosis ADHD

Mendiagnosis ADHD perlu bekerja sama dengan psikiater, psikolog, atau psikoterapis yang mengkhususkan diri dalam ADHD.  Karena proses diagnosa yang cukup rumit dan perlu pengalaman dari ahli yang mendiagnosanya.

Diagnosis ADHD dilakukan melalui proses sbb:

  1. Prosedur wawancara: bertujuan untuk mendapatkan informasi lengkap melalui observasi yang dilakukan oleh pihak ke tiga. Dimana keahlian untuk memilah perilaku (ditelusuri hingga 6 bulan sebelumnya) yang merujuk pada gejala sangat dibutuhkan.
  2. Tes neuropsikologi dan psikoedukasi yang dilakukan dapat memiliki banyak manfaat, (meskipun tidak selalu diperlukan untuk rujukan diagnosis). Hasil Tes neuropsikologi dapat digunakan sebagai rujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup penyandang ADHD setelah didiagnosis.
    Terutama dalam proses mencapai standar pencapaian akademik, standar berinteraksi sosial/ bermasyarakat, dan sebagai sarana keberhasilan di tempat kerja..

Catatan:

Tulisan ini adalah tulisan keempat dari enam rangkaian tulisan tentang ADHD.

Rangkaian tulisan yang lain:

#1.Apa itu ADHD

#2. Siapa yang berpotensi sebagai penyandang ADHD

#3. Sejarah dan Perkembangan Diagnosis ADHD

#4. Jenis-jenis ADHD. Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

#5. Dukungan kepada Penyandang ADHD

#6. Apa yang Perlu Diketahui dari Penyandang ADHD

Ditulis oleh Bunda Nefri

Trainer Kemandirian Anak & Empowering Parenting Coach