Pada rangkaian tulisan kelima ini sampailah kita pada pembahasan penting yang menjadi fokus utama dari dari rangkaian tulisan tentang ADHD ini. Yakni hal-hal yang berhubungan dengan dukungan kepada penyandang ADHD dari sisi parenting/ pengasuhan, agar Ananda kita mampu mandiri, bermasyarakat dan berkarya.
Secara umum penyandang ADHD digambarkan sebagai berikut:
PENDAMPINGAN DAN DUKUNGAN PENYANDANG ADHD
Hingga saat ini, ilmu perkembangan manusia, telah diteliti oleh para ahli dan melahirkan berbagai macam pendapat sebagai masukan untuk mengantisipasi ataupun mencari solusi atas hambatan anak. Salah satunya adalah dengan menggunakan “Piramida Pembelajaran”.
Untuk anak-anak berhambatan, “Piramida Pembelajaran”nya tidak kokoh. Ada balok-baloknya yang kurang kuat atau bahkan tidak ada. Sebagaimana prinsip pyramid, maka setiap balok yang berada di atas, menjadikan balok-balok di bawahnya sebagai fondasi.
Sebagai contoh di bawah ini adalah ilustrasi dari salah seorang anak yang mempunyai hambatan untuk Fokus Perhatian. Dalam ilustrasi ini, kotak yang berwarna kuning, menunjukkan indikasi ada masalah dalam perkembangan anak terkait dengan kemampuan tumbuh kembang yang tertulis disana. Sedangkan yang berwarna abu-abu memberikan informasi tidak ditemukan ada masalah.
Dan sebagaimana telah dituliskan bahwa contoh piramida yang menggambarkan keadaan anak tersebut, didapat setelah anak mendapatkan assessment dan diagnosa. Tentu saja, piramida ini bersifat unik dan TIDAK DAPAT digunakan untuk Anak-anak yang lain.
Jika bapak dan ibu ingin mengetahui kondisi putra/I atau siswa/I (dalam bentuk piramida tersebut), maka lakukan prosedur mendiagnosis dan mengasesmen, yang telah disampaikan dalam bahasan sebelumnya.
Hal yang terpenting dalam bahasan ini, adalah bukan bagaimana mendiagnosa atau mengasesmen Ananda, karena ini bukan kewenangan bapak dan ibu ya? Yang punya kewenangan, hanyalah PARA AHLI TERKAIT (psikolog, psikiater, dokter, terapis, yang telah punya pengalaman menangani penyandang ADHD). Bahasan ini, lebih tepat ditujukan untuk memberikan informasi kepada bapak dan ibu, tentang apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung penyandang ADHD. Agar mereka lebih mampu mengatasi masalahnya, mandiri dan siap berinteraksi dengan dunia.
Penelitian menunjukkan penanganan yang paling efektif untuk ADHD adalah kombinasi obat dan terapi. Dimana dosis obat, pelaksanaan kurikulum dan cara pendekatan terapinya sangat bergantung kepada keadaan Ananda sebagai penyandang ADHD. Mari kita kenali lebih dekat tentang obat dan terapi.
- OBATObat berfungsi untuk mengelola fungsi dan gejala yang berhubungan dengan otak dan terapi membahas pikiran, perilaku, dan strategi mengatasi setiap hari. Karena tidak semua penyandang ADHD merespon dengan baik terhadap stimulan. Beberapa jenis obat yang umum dipakai adalah Ritalin, Concerta, Adderall, Adderall XR, Vyvanse, dan Focalin XR, dipilih untuk gunakan pada penyandang ADHD karena terbukti paling efektif (data umum) daripada obat-obatan non-stimulan lainnya.
Dalam bahasan sebelumnya, Daniel Amen MD, menyampaikan bahwa di samping obat-obatan, ada jenis-jenis suplemen dan asupan lain yang dapat digunakan untuk “mengobati” 7 tipe ADHD.
Tentu saja, untuk memilih salah satu jenis (baik obat, suplemen ataupun asupan lain) dan menentukan dosis yang tepat, adalah tugas dan wewenang dokter. Tambahan supleman sebaiknya dikonsultasikan kepada para ahli yang benar-benar memahami. Agar berdampak positif dan memberikan hasil optimal.
- TERAPI
Sebagai bagian dari upaya membantu penyandang ADHD, selain obat/ suplemen/ asupan lain, terapi menjadi hal utama yang perlu dilakukan.
Terapi dipilih dengan tujuan :
- Meningkatkan perilaku positif anak kognitif berbasis kesadaran telah ditemukan sebagai intervensi terapeutik yang paling efektif, Ini karena terapi perilaku berfokus pada identifikasi hambatan internal dan eksternal. Dengan mengembangkan tindakan dan keterampilan baru yang bisa diterapkan pada saat ini.
- Membangun keterampilan baru dalam berstrategi. Dengan demikian anak dapat ditingkatkan kemampuannya dalam mengelola efek emosional dan interpersonal dari ADHD, karena kebanyakan penyandang ADHD mengalami peningkatan perasaan malu, bersalah, gagal, dan stres.
- Membuat para penyandang ADHD merasakan dirinya dimengerti dan mampu mengerti (dan ini adalah salah satu pendekatan yang paling efektif untuk menstimulasi self esteem pada penyandang ADHD)
- Membantu penyandang ADHD mampu mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari pencapaian tujuannya sendiri, memberi energi positif agar tetap bertahan untuk menyelesaikan hambatan dirinya sebagai penyandang ADHD, dan mampu meningkatkan produktifitas
Adapun jenis terapi yang dibutuhkan antara lain adalah: Terapi Sensory, Terapi Movement Based Learning, Brain gym, Terapi Perilaku, Terapi Okupasi, Remedial Akademis, Cognitive Behavior Therapy, Social Skill Group Therapy. Dengan catatan, jenis, waktu, kurikulum terapi, akan disesuaikan dengan hasil asesmen dan diagnosis dan jenis terapinya tidak terbatas pada jenis terapi yang telah disampaikan di atas.
Dalam hal ini, anak-anak penyandang ADHD sangat membutuhkan dukungan orang-orang yang ada di sekitarnya, agar penanganan efektif tersebut (obat dan terapi) dapat dilakukan secara optimal dan dapat menberikan dampak positif dalam perkembangan anak.
Oleh karena itu Rumah (keluarga dekat ataupun orang-orang yang tinggal serumah seperti ayah, ibu, saudara, atau supir, pembantu, kakek, nenek dsb) dan lingkungan dimana anak beraktifitas (sekolah, tempat kursus, klub bermain dsbnya) perlu memberikan dukungan sbb :
Dukungan dari Rumah
12 hal penting yang perlu dilakukan orang tua dalam mendampingi dan mendukung anak-anak penyandang ADHD adalah:
- Terimalah anak apa adanya
- Jangan mudah percaya pada informasi buruk tentang anak Anda
- Jangan mengandalkan penggunaan obat sebagai satu-satunya solusi untuk Ananda
- Pastikan Anda memahami beda antara menegakkan kedisiplinan dan memberikan sanksi
- Tidak selayaknya anda menghukum anak yang tidak memiliki kemampuan untuk mengkontrol perilakunya
- Berhentilah menyalahkan orang lain atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
- Bedakan antara pelaku dan perilaku
- Tidak perlu terlalu cepat mengatakan “TIDAK” (berpikiran terbuka terhadap masukan)
- Fokus pada perilaku positif anak, BUKAN pada perilaku negatifnya
- Belajar untuk mampu mengantisipasi (preventif) daripada membereskan masalah (kuratif)
- Jadikan diri anda sebagai role model Ananda. Tunjukkan bahwa perilaku anda positif dan dapat dijadikan panutan oleh anak
- Membuka diri untuk meminta bantuan dan bekerja sama dengan orang-orang yang punya kompetensi dalam menyelesaikan masalah yang Ananda hadapi sebagai penyandang ADHD.
(Pastikan dalam bekerja sama, Anda mengikuti aturan dan kesepakatan bersama mereka, misalnya tidak terlambat dalam memberikan obat, memfasilitasi anak mengikuti sesi terapi, di rumah mengkondisikan agar anak dapat melakukan hal yang sama dengan yang diajarkan oleh terapis dsb)
Dukungan dari Sekolah
- Melakukan pra-wawancara kepada orangtua/ pendamping anak, dan juga kepada siswa/i. Tujuan pembuatan pra-wawancara adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan ananda sebagai penyandang ADHD.
- Memberikan saran kepada orang tua untuk berkonsultasi kepada ahli terkait (psikolog/ dokter) yang dapat melakukan diagnosa dan memberikan penanganan yang tepat.
- Lakukan interaksi aktif dengan orangtua siswa/I penyandang ADHD.Interaksi dapat dilakukan dengan menulis pada buku penghubung atau membuat pesan singkat melalui telepon selulair. Tujuan dilakukan interaksi aktif ini, adalah untuk
- Mengantisipasi terjadi situasi kritis.
- Memberikan informasi berkala tentang aktifitas Ananda di sekolah kepada orangtua.
- Dapat dijadikan referensi dalam memilah perilaku anak yang disebabkan oleh hiperaktif dan ketidaktaatan atau ketidaksukaan
- Membantu anak untuk memahami materi pembelajaran dengan cara dan alat yang lebih mudah dipahami penyandang ADHD, karena sekitar setengah dari anak-anak dengan ADHD juga memiliki hambatan belajar.Mereka juga menjadi penyandang disleksia, disgrafia, disortografia, diskalkulia, gangguan memori (misalnya sulit bagi mereka untuk memilih apa yang penting/ menentukan prioritas), gangguan bahasa (termasuk masalah dengan membuat struktur kalimat yang benar), dispraksia (kondisi yg berhubungan dengan kinerja otak yang membuatnya sulit untuk merencanakan dan mengoordinasikan gerakan fisik. Anak-anak dengan dyspraxia cenderung berjuang dengan keseimbangan dan postur. Mereka mungkin tampak kikuk atau “tidak sinkron” dengan lingkungan mereka. Ini dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik kasar (semisal lari dan lompat) dan halus, seperti menulis , gerakan mulut dan lidah diperlukan untuk mengucapkan kata-kata dengan benar. Dispraksia juga dapat mempengaruhi keterampilan sosial juga seperti misalnya berperilaku tidak dewasa meskipun mereka biasanya memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.) Hambatan-hambatan tambahan ini semakin merumitkan situasi yang sudah sulit.
- Memberi dukungan ketika penyandang ADHD menghadapi masalah saat berinteraksi dengan teman, dan kesulitan dalam mengorganisir kegiatan maupun benda-benda. Dalam hal ini, guru kelas dapat menstrukturkan dan mentertibkan aktifitas maupun benda-benda yang ada di dalam kelas.
- Memberikan penghargaan atas setiap kemajuan yang telah dicapai oleh penyandang ADHD, dalam hal ini akan meningkatkan percaya diri anak,
- Beri kesempatan pada anak untuk melakukan aktifitas secara berulang-ulang.
- Sesering mungkin mengingatkan anak untuk tetap konsisten, dalam proses menyelesaikan tugasnya.
- Tata tertib dan aturan menjadi tantangan yang cukup besar bagi penyandang ADHD, oleh karena itu bantuan dari guru untuk memfasilitasi Ananda mampu memahami dan melaksanakan menjadi hal utama. Sama pentingnya dengan memfasilitasi anak untuk memahami materi pembelajaran
Melibatkan orangtua dalam menyelesaikan tantangan yang dihadapi anak di sekolah, dengan melakukan kerjasama yang erat antara sekolah dan rumah.
Catatan:
Tulisan ini adalah tulisan kelima dari enam rangkaian tulisan tentang ADHD.
Rangkaian tulisan yang lain:
#1.Apa itu ADHD
#2. Siapa yang berpotensi sebagai penyandang ADHD
#3. Sejarah dan Perkembangan Diagnosis ADHD
#4. Jenis-jenis ADHD. Gejala, Penyebab dan Pengobatannya
#5. Dukungan kepada Penyandang ADHD (tinjauan dari sisi Parenting)
#6. Apa yang Perlu Diketahui dari Penyandang ADHD
Ditulis oleh Bunda Nefri
Trainer Kemandirian Anak & Coach for Special Parents