
One Hope (satu harapan)
Anak Berkebutuhan Khusus, menghentikan semua harapan “Masa Depan yang Cemerlang”. Tidak ada harapan. Ini kalimat yang umum disampaikan oleh orangtua yang memiliki ABK. Keputusasaan. Kegelisahan. Kegelapan. Lelah berkepanjangan. Adalah kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan tentang hal itu. Umum, tapi saya tidak tahu bagaimana pendapat Anda.
Khusus tentang harapan, dalam bahasan kali ini, apakah bapak dan ibu, akan tertarik, kalau saja saya bisa menyampaikan pada Anda, bahwa masih ada harapan? One Hope (satu harapan) dengan 3 langkah kunci untuk mewujudkan impian ayah dan ibu. Harapan bahwa anak-anak ABK kita juga punya masa depan yang cemerlang.
Tiga langkah dari One Hope tersebut adalah
- KE = Kenali Ananda
- MA = Mampukan diri Anda sebagai pendamping terbaiknya
- L = Let it Go
Tiga langkah yang saya yakini kebenarannya dan langkah-langkahnya telah saya lakukan bersama-sama dengan orangtua-orangtua lain yang juga memiliki ABK. Langkah yang terbukti menjadi langkah penentu menuju kecermelangan masa depan Ananda.
Langkah yang pertama: Kenali Ananda
Sebagai orangtua yang memiliki putra/i dengan berkebutuhan khusus, kita perlu memahami Ananda secara utuh. Berdekatan secara fisik yang dilakukan secara intensif dengan Ananda, tidak menjadikan diri Anda otomatis dapat memahami Ananda. Keinginannya, kebahagiaannya, kesenangannya atau apa-apa yang membuatnya merasa tidak nyaman, hanyalah sebagian kecil dari petunjuk Anda kenal pada Ananda. Untuk ABK, salah mengenali, dapat menjadi salah penanganan.
Dan karena mengenali Ananda adalah langkah yang paling penting dari 3 langkah tersebut. Bahasan tentang bagaimana cara mengenalinya, Anda bisa membaca lebih lanjut dalam buku “One Hope” 3 langkah mewujudkan impian ayah dan ibu,
Langkah yang kedua: Mampukan diri Anda sebagai pendamping terbaik anak.
Bayangkan jika Ananda sudah siap untuk mendapatkan bimbingan, tapi justru Anda yang tidak mampu memberikan arahan padanya. Kita akan sepakat bahwa kemungkinan Ananda mampu mencapai keberhasilan akan sangat kecil. Betul bukan?
Anda bisa saja mengalihkan pendampingan Ananda pada ahli-ahli profesional yang Anda pekerjakan, seperti terapis, dokter, guru kelas, GPK (Guru Pendamping Khusus), tapi tahukah Anda tingkat keefektifannya tidak sebagus jika Anda sendiri terlibat di dalamnya.
Fakta dan data yang saya peroleh, tentang orangtua yang secara efektif mendampingi anak ABKnya ternyata sangat mengejutkan. Karena ternyata jumlahnya amat sedikit. Ada yang menyebutkan angka dibawah 10% atau bahkan lebih kecil dari itu. Jadi jika ada 20 ABK, diperkirakan hanya satu atau dua anak saja yang orangtuanya terlibat secara aktif mendampingi ABKnya.
Dan fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata, ABK yang mendapat dukungan efektif tersebut, mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang oleh para terapisnya dinyatakan sebagai “jauh melampaui harapan”. Bayangkan betapa besar efisiensi yang dapat dicapai. Anda menghemat uang, tenaga, waktu dan mendatangkan kecemerlangan masa depan. Hasil dari meningkatkan kemampuan orangtua dalam mendampingi Ananda.
Di langkah ke 2 ini, fokus pendukungnya, menentukan goal yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat Ananda. Setelah itu, menentukan goal, bapak dan ibu dapat mampukan diri, melalui pelatihan, menambah ilmu, berdiskusi dengan orang-orang yang Anda anggap paham, berlatih terus menerus bersama Ananda tanpa kenal kata menyerah dan menemukan trobosan baru yang mempermudah. Ini inti dari langkah ke 2. Hasil akhirnya, “Bapak dan ibu berubah menjadi orangtua yang baru”.
Pernahkan Anda memahami akibat “Anda sebagai orangtua yang baru”. Kita mungkin sudah pernah membaca bahwa anak belajar dari menirukan orangtua. Dengan perubahan diri menjadi pribadi yang baru, yang memiliki sikap-sikap, pemahaman dan pribadi yang baru, anda akan menjadi model baru dalam proses belajar anak. Siapkan diri anda untuk melihat Ananda mengalami perubahan menjadi anak yang baru juga.
Langkah ke tiga: Let it Go
Jangan meremehkan langkah ini. Sebagian orangtua punya keinginan sangat kuat untuk melindungi dan memberikan yang terbaik pada Ananda. Sangat alamiah. Sangat bisa dipahami. Tapi tahukah Anda, berlebih-lebihan dalam melindungi ananda bisa menghambat keberhasilan langkah ke tiga ini. Kata Let it Go, yang saya temukan saat menonton film Frozen, menginspirasi saya bagaimana melepaskan kaitan masa lalu untuk meraih masa depan.
Ingatkah Anda, ketika kita menghalangi Ananda untuk mengerjakan pekerjaan rumah, karena di rumah sudah ada pembantu yang melayani kebutuhannya? Ingatkah Anda, ketika kita membatasinya bergaul dengan teman sebaya karena khawatir ia akan dibully? Bukankah sikap Anda, justru akan membuat Ananda terikat kuat dengan masa lalu dan tidak dapat melenggang leluasa ke masa depan? Saya sangat paham dan bersimpati pada Anda, jika Anda masih melakukan sampai sekarang. Percayalah sikap seperti ini umum dilakukan orangtua. Walaupun saya, tidak menjadikan simpati saya sebagai alasan menyetujuinya.
Yang perlu Anda ketahui, jika dilangkah ke dua kita sudah melakukan yang terbaik, langkah ke 3 tidak menjadi tantangan berat. Dari langkah ke dua, kita tahu persis sampai batas mana Ananda pelan tapi pasti dapat dipercaya untuk mandiri melangkah.
Berikutnya tinggal Anda yang harus mengijinkan anak mandiri. Awal dalam melaksanakan kemandirian, mungkin tidak sempurna, masih ada kesalahan atau kesulitan dijumpai. Di sini ikhlas dan ketulusan Anda dalam melepaskan, akan memudahkan Ananda mampu. Jadi, berusahalah untuk Let it Go”.
Saya penasaran, apakah setelah membaca ketiga langkah yang saya sampaikan di atas, Anda memiliki keinginan makin kuat untuk bersama-sama kami memaksimalkan diri mendampingi Ananda? Yuk Join di Facebook dan Twitter, bersama orangtua dan pemerhati ABK, bersama kita menemukan solusi.
Dapatkan bukunya di online shop YPKA