Memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) tentunya bukan keinginan setiap orang tua. Namun, ketika anak kita terlahir sebagai ABK, orang tua tetap harus mengasuh dan mendidiknya, setidaknya mampu mandiri.
Tentunya, cara mengasuh dan mendidik ABK dibandingkan pada anak yang normal. Butuh kiat-kita tersendiri dan yang utama ketulusan dan keikhlasan orang tua.
Salah satu yang harus diyakini orang tua yang memiliki ABK adalah kesadaran, bahwa Tidak ada satupun manusia yang tidak membutuhkan manusia yang lain”. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga sama. Mereka membutuhkan interaksi sosial. Sayangnya, ABK punya hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama manusia. Untuk bisa berinteraksi sosial dengan baik, ABK butuh dukungan dan bantuan kita.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membantu ABK bisa diterima dalam lingkungan sosial dan mampu mengatasi hambatannya?
Janice Light dan Kathy Drager, dua orang ahli Speech Pathologist dan Praktisi dari AAC – Augmentative Alternative Communication, telah mencoba membuat panduan untuk membantu ABK lebih mampu berkomunikasi.
Panduan tersebut terbagi atas lima tahapan penting, dimana tahapan sebelumnya menjadi pijakan tahapan berikutnya.
Pertama, tanamkan manfaat komunikasi bagi ABK
Saya yakin, kita mau melakukan sesuatu, jika kita yakin mendapatkan manfaat. Prinsip ini juga dipahami oleh ABK. Tidak akan ada ABK yang mau melakukan sesuatu jika tidak mendapatkan manfaat.
Saat menikmati manfaat, ABK kemudian mencari korelasi antara “nikmatnya/ tidak enaknya” dengan aktifitas yang baru saja dilakukan. Untuk memastikan, ABK mencoba lagi aktifitas yang sama, dan menunggu imbalan atau sanksi yang sama. Hasilnya ternyata sama, maka ABK mengingat korelasi ini
Keinginan ABK menunggu imbalan atau sanksi setelah mengulangi atau menghentikan perilaku/ kegiatan dapat menjadi petunjuk ABK telah paham arti komunikasi. Arti komunikasi sederhana dalam pemahaman ABK adalah “Saling memahami atas informasi yang dibagikan, merespon sesuai dengan harapan pemberi infromasi dan mendapatkan manfaat dari respon atas informasi”.
Kedua, bangun kedekatan
Bayangkan jika kita punya kedekatan dengan seseorang. Apapun yang kita inginkan, akan dipenuhi oleh orang tersebut. Bahkan tanpa harus meminta, cukup dengan adanya kedekatan dan saling memahami melalui bahasa tubuh atau ekpresi wajah. Kedekatan antara orangtua dan ABK atau antara terapis dan ABK, harus diasah terus.
Ketiga, perbanyak kosa kata.
Berkomunikasi tentang benda/ tempat/ orang/ keadaan yang sama, jauh lebih mudah jika diantara yang berkomunikasi memiliki satu nama/ petunjuk yang sama. Makin banyak kosa kata yang dimiliki, makin spesifik benda/ tempat/ orang/ sikap dan perilaku yang diinfomasikan.
Misalnya kata benda “baju” jika dibandingkan dengan kalimat “baju warna biru di dalam lemari baju”. Jauh lebih jelas kalimat baju warna biru di dalam lemari baju. Petunjuknya lengkap. Dengan beberapa kosa kata (baju, warna, biru…. dan lemari baju). Jelas ya, ABK dengan penguasaan banyak kosa kata memperjelas dan mempermudah komunikasi.Komunikasi yang dapat digunakan saat ABK berinteraksi sosial.
Keempat, ciptakan suasana yang menyenangkan.
Suasana yang menyenangkan menyebabkan anak lebih mudah menyerap. Apalagi jika ditambahkan stimulasi pendukung, seperti menggunakan irama, gerakan, sentuhan, bentuk, warna, bau, teksture dan ekspresi tertentu. Penambahkan imbalan, sebagai motivasi dapat memicu anak untuk lebih aktif. Stimulasi dan imbalan mendukung terciptaknya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Anak makin bersemangat dan punya keinginan untuk meningkat kemampuan komunikasinya.
Kelima, gunakan AAC (Augmentative Alternative Communication)
Amati sekeliling anda, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi verbal (menggunakan bahasa lisan) dengan efektif. Faktor-faktor yang menghambat komunikasi verbal adalah adanya perbedaan bahasa, budaya, kebiasaan menjadi alasan yang umum. Alasan yang khusus adalah hambatan ABK, seperti ABK penyandang disabilitas pengelihatan, pendengaran, gangguan sosial, dan sebagainya.
Untuk ABK dengan hambatan komunikasi, penggunaan AAC atau Augmentative Alternative Communication, menjadi alternatif. AAC, banyak jenisnya, mulai cara tradisional seperti bahasa isyarat hingga cara canggih seperti penggunaan software berbasis kemajuan teknologi komunikasi. Steven Hawkins seorang ilmuwan, dosen dan pencetus teori pembaharuan adalah contoh dari penyandang disabilitas komunikasi yang mampu menggunakan AAC secara maksimal.
Salah satu bentuk AAC yang sudah sering dan praktis digunakan adalah PECS (Picture Exchange Communication System). Bisa dibuat sendiri atau diperoleh dari produk yang dapat dibeli secara online.
Penulis: Bunda Nefri Sutikno, Trainer Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus,
Gambar diambil dari www.antaranews.com
Ikuti Kelas Training Online YPKA “Seri Kemandirian”