“Apa sih mimpimu?”
Catatan Bunda Nefri
8 Juli 2020
Apa sih mimpimu?
Pertanyaan sederhana yang seringkali diajukan untuk mengetahui tujuan seseorang dalam mengasuh Ananda spesialnya. Pertanyaan yang belum tentu bisa dijawab dengan segera. Galau.
Sebagai orangtua dengan anak berkebutuhan khusus, saya memahami ada saatnya orangtua tidak mampu menjawab dengan tepat pertanyaan “Apa sih mimpimu?” yang diajukan padanya. Saya juga pernah mengalami. Dan masih mengalami berkali-kali. Terutama ketika saya menghadapi keadaan yang mengkondisikan saya tidak mampu melihat dengan jelas reality (kenyataan) dan sibuk dengan imajinasi atau impian di awang-awang. Ini manusiawi. Alamiah.
Dalam keadaan seperti itu, saya butuh difasilitasi oleh teman-teman dan guru saya yang berprofesi sebagai coach.
Kenapa mesti Coach?
Karena Coaching menurut pengalaman saya, dengan sesi coachingnya pas untuk mereka yang galau tidak ada habisnya. Sesi Coaching pas untuk mereka yang sudah punya banyak ilmu, sampai bingung mau mengerjakan ilmu yang mana dulu untuk anaknya. Sesi Coaching pas juga untuk mereka yang baru akan memulai, dan berharap ada “Clue” , tentang apa yang perlu dikerjakan. Sesi Coaching pas untuk mereka yang yakin dirinya perlu untuk bergerak tapi masih mager. Di sesi Coaching, seorang Coach tidak mengajari/ menyuruh. Coach juga tidak judgment (menuduh) orangtua.
Coach bukan hanya sekedar memfasilitasiku mampu menjawab, pertanyaan “Apa sih mimpimu” tapi ia memfasilitasi seseorang lebih mampu melihat dirinya secara utuh. Seorang Coach dengan kemampuannya, memfasilitasi seseorang melihat lebih dalam dan lebih luas dirinya dari berbagai macam sudut pandang. Bagaikan cermin 360. Cermin yang bening. Sehingga area yang selama ini kurang terlihat (apakah bias, atau terabaikan) karena berbagai macam alasan dimunculkan dalam bayang cermin. Coach memang “Hanya jadi berfungsi sebagai Cermin”.
Beberapa orang sukses dunia seperti Tiger wood (pemain golf terbaik dunia), Lady Diana Alm (putri kerajaan Inggris) dan sederet orang sukses lain, menggunakan coach untuk memfasilitasi mereka mampu berkarya lebih baik di areanya masing-masing. Bahkan Tiger wood, tidak hanya menggunakan jasa seorang coach saja. Ia menggunakan beberapa orang coach untuk memfasilitasinya tetap jadi pe-golf terbaik dunia.
Demikian juga saya, karena saya butuh difasilitasi lebih mampu sebagai orangtua dengan anak spesial, saya pun perlu sesi coaching.
He he he Kan selain saya berprofesi sebagai coach, sayapun manusia biasa.
Saya juga orangtua dengan anak gadisku yang istimewa. Yang punya mimpi anakku mandiri
Saya juga perlu difasilitasi untuk menerangi sudut-sudut dalam cerminku.
Saya membutuhkan coach, seperti rambu-rambu lalu lintas dan peta perjalanan yang dapat memfasilitasi diriku tetap berada di jalan meraih “Apa yang diriku impikan”
Karena saya tidak mau galau berkepanjangan.
Karena saya tahu, dampak pengasuhan saya atas amanah Allah,( anak-anak saya), TIDAK berhenti pada dirinya, tapi juga pada kehidupan keluarganya, pada pengasuhan anak-anaknya (cucu-cucu saya) dan terus berlanjut hingga entah keturunan ke berapa.
Bagaimana dengan ibu-bapak, bunda-ayah, mommy-daddy?
Sudahkan menemukan coach yang tepat, sebagai sahabat dalam pengasuhan ananda? Sudahkah pernah melakukan sesi coaching untuk menemukan sisi-sisi yang belum terlihat dari pengasuhan bersama ananda? Untuk tetap ada di stay dalam mewujudkan “Apa sih mimpiku?”
Bagi cerita ya?