Movement Based Learning
Betulkah Movement Based Learning (MBL) merupakan terobosan baru untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus? Pertanyaan ini yang paling banyak saya dengar.
Bapak dan ibu, Setelah beberapa hari dalam kelas MBL, dan dibimbing oleh sang founder, Cecilia Koester, saya mendapat banyak sekali informasi tentang MBL. Khusus untuk pertanyaan di atas, saya akhirnya dapat menyimpulkan bahwa jawabannya adalah BETUL !!. Sangat betul MBL dapat menjadi trobosan baru untuk membantu ABK.
Tahukan anda, MBL dapat menjadi harapan baru untuk meningkatkan kemampuan ABK? . Bukan hanya ABK dengan satu kekhususan. Tetapi juga dapat diterapkan pada ABK yang memiliki beberapa hambatan sekaligus.
Bersamaan dengan mempelajari teknik penanganan, saya juga mengalami perubahan cara pandang dalam mencari solusi.
Mrs Cece, memiliki padangan berbeda dalam memahami perkembangan ABK. Menurutnya seorang manusia akan melewati fase perkembangan secara bertahap dan saling berkesinambungan. Fase yang dimulai dari hari pertama manusia mulai terbentuk, masih berbentuk satu sel, hingga hari ini, detik ini, saat anak bersama kita. Cara pandang yang menurutku sangat bisa diterima akal. Dan memperkuat pemahaman saya tentang pendapat ahli perkembangan anak lainnya, seperti Jean Piaget, Eric Ericson, Papalia dkk.
Teknik penanganan MBL dimulai dengan pengamatan. Pengamatan tanda-tanda fisik dari Ananda. Seperti, “apakah Ananda terlihat sehat?” Bagaimana dengan postur tubuhnya ?. Bagaimana ia bergerak? Pengamatan juga berlanjut ke pengamatan non fisik, seperti apakah anak merasakan senang, sedih, sakit, bosan, bersemangat dsbnya.
Semua pengamatan ini, menjadi dasar program dukungan kepulihan Ananda. Sebagai data-data penting yang dapat diandalkan, untuk jadi rujukan orangtua dalam memutuskan dukungan pada ABK. Alternatif jika masih ada ketidak samaan diagnosa yang diterima orangtua.. Atau jika alasannya karena sulit melakukan konsultasi untuk melakukan diagnosa. Terobosan yang dapat menjadi harapan di saat darurat.
Saya akan coba jelaskan secara sederhana, dua prinsip yang dikembangkan dalam MBL. Prinsip-prinsip tersebut adalah “Menstimulasi kesetimbangan tubuh” dan “Menumbuhkan jaringan otak baru melalui gerakan-gerakan dasar”.
Stimulasi kesetimbangan diawali dengan menginformasikan pada anak, tentang 3 dimensi gerak. Gerakan ke depan dan ke belakang. Gerakang ke atas dan ke bawah. Dan yang terakhir gerakan dari sisi ke sisi. 3 Dimensi gerak ini, menjadi dasar pemahaman dari semua gerakan manusia.
Gerakan dasar dipilih melalui data-data pengamatan anak. Gerakan yang sudah disesuikan dengan kemampuan anak. Tidak ada paksaan. Tidak ada tekanan. Tidak juga karena iming-iming hadiah. Anak melakukan, karena ia tahu, ia akan lebih mampu. Sehingga anak bersemangat, mau berpartisipasi aktif.
Setiap informasi yang telah diaplikasikan dalam gerakan dasar, dapat dirasakan anak, dan menjadi pengalaman dalam diri anak. Pengalaman ini bisa menetap bisa juga hilang. Untuk melekatkan pengalaman, perlu dilakukan pengulangan. Pengulangan secara terus menerus melekat dalam otak anak dan membentuk pola.
Pola baru artinya telah ada jaringan otak yang baru. Pola ini yang akan menjadi acuan setiap gerakan manusia. Pola baru melengkapi pola-pola lain yang sudah ada di dalam otak. Pola baru dapat menggantikan fungsi pola lama setipe, yang dengan berbagai alasan, sudah tidak bisa dijadikan acuan untuk menjadi acuan gerakan manusia.
Untuk ABK, pola baru sama artinya dengan harapan baru. Harapan untuk menjawab tantangan yang dihadapi ABK, karena fungsi-fungsi otak yang selama ini tidak maksimal. Movement Based Learning merupakan aplikasi sederhana dan mudah dari penjelasan penelitian ahli syaraf dan ahli kinesiologi selama berpuluh-puluh tahun.
By Bunda Nefrijanti
Terima kasih atas informasinya,artikelnya bagus sekali dan bermamfaat,apakah MBL ini ada sekolahnya??