Saya yakin, kita mengerti, ketrampilan di kamar mandi, adalah salah satu kegiatan penting dalam pembelajaran bina diri. Bagi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus dengan disabilitas komunikasi, tantangan untuk bisa mendukung Ananda menguasai ketrampilan ini sangat besar.
Tiga ketrampilan di kamar mandi atau umum dikenal dengan “toilet training” adalah Buang Air Kecil (BAK), Buang Air Besar (BAB), dan Mandi. Ini ketrampilan yang paling dasar. Khusus pembahasan kali ini, kita fokus pada BAB dan BAK. Agar anak mampu menguasai, orang tua perlu melakukan satu demi langkah dari 3 langkah kuci mewujudakn impian ayah dan bunda, Ke-Ma-L.
Langkah Pertama, (KE-nali Ananda)
Langkah ini, menjadi langkah penting. Kita sering melewatkan langkah ini dan langsung menuju pada langkah-langkah melatih anak mampu melakukan ketrampilan di kamar mandi. Kita tidak memahami tanda-tanda yang disampaikan anak tentang BAB dan BAK. Seperti ekpresi anak saat ingin BAB atau BAK.
Kita juga tahu, BAB, BAK dan mandi adalah hal-hal yang secara alamiah ingin dilakukan seorang manusia. Tubuh akan memberikan tanda-tanda yang dapat dijadikan alasan seseorang segera melakukannya.
Bagi ABK dengan kesulitan berkomunikasi, sulit untuk menyampaikan ke orangtua, mereka sudah merasakan ingin BAB atau BAK. Membantu dengan mengamati ABK dan mencatat tanda-tanda fisik bisa menjadi solusi.
Pencatatan sebaiknya dilakukan paling tidak selama seminggu. Dari pencatatan ini, orangtua dapat menangkap tanda-tanda tersebut sebagai pola berulang yang selalu dilakukan atau ditunjukkan anak. Pencatatan ini merupakan langkah orangtua untuk menjadi bagian dalam memahami dan mendukung ABK mampu melakukan kemandirian ke kamar mandi.
Saya tidak akan bosan untuk mengingatkan dan meminta anda mencatat. Mencatat membantu kita melihat lebih jelas dan nyata. Fakta yang ditulis tidak akan hilang ataupun berubah keakuratannya. Gunakan tabel dibawah ini untuk mencatat
Tanggal | Jam | BAB | BAK | Mandi | Sikap anak | Keterangan | ||
Sebelum | Saat | Setelah | ||||||
26 agt | 16.32 | Berdiri di sudut ruangan | Muka merah dan mengejan | Berjalan dengan kaki terbuka
Tercium bau kurang enak |
Kotoran hanya sedikit dan keras | |||
27 agt | 15.30 | Duduk di balik pintu | Mengejan | Berjalan dengan kaki terbuka
Tercium bau kurang enak |
Kotoran biasa, banyak | |||
Tabel 1.1
Dari tabel di atas, kita bisa coba simpulkan pola biologis (pola berdasarkan tanda-tanda tubuh anak) yang ingin disampaikan anak. Jadikan pola ini sebagai acuan untuk membantu anak mampu mandiri di ketrampilan kamar mandi
Kesimpulan sementara dari tabel diatas adalah, anak terbiasa untuk BAB sore. Saat ingin melakukan BAB, anak berusaha mencari tempat tersembunyi dan pribadi. Dan setelah itu anak akan berjalan dengan kaki yang terbuka.
Langkah ke dua. MA-mpukan diri anda untuk mendampingi anak.
Langkah ini terdiri dari 7 bagian. Setiap bagian perlu dikuasai dengan baik oleh orangtua.
Lakukan pembiasaan, dengan 7 kali duduk di WC dalam sehari.Bangun tidur
Bangun tidur
Mandi pagi
Setiap akan pergi
Setelah makan siang
Mandi sore
3 jam Setiap anak selesai minum segelas air
Saat akan tidur
Penjadwalan
Pembiasaan ini, untuk membantu anak, mengerti tempat seharusnya ia melakukan BAB dan BAK. Awalnya pembiasan ini dilakukan dengan cepat. Lima detik. Cukup untuk melatih anak. Secara bertahap, waktu dapat ditambah. Sepuluh menit bisa dijadikan goal untuknya. Atau pembiasaan dapat dianggap sukses sebelum 10 menit, jika saat itu anak sudah selesai BAB dan atau BAK.
Masukkan kegiatan BAB dan BAK dalam kegiatan harian. Ini bagian dari pembiasaan. Penjadwalan dengan mengakomodasi pengamatan yang dilakukan dalam langkah kenali anak. Semakin mendekati pola biologis anak, penjadwalan ini makin mudah dipahami anak.
Jika mengacu contoh kasus pada tabel 1.1, maka penjadwalan untuk melakukan BAB, sebaiknya dilakukan sore. Karena pola biologis anak melakukan BAB di sore hari,
Pembiasaan lebih baik daripada menyuruh.
Membiasakan menjadi kata kuncinya. Menyuruh anak untuk melakukan BAB dan BAK, tidak menciptakan pola pemahaman mandiri dalam diri anak. Anak menjadi terpola dengan pemahaman, ia BAK atau BAB di kamar mandi, jika ada orang yang memintanya melakukan. Bukan karena tubuhnya menyampaikan kebutuhan untuk BAB dan BAK.
Puas dan menghentikan pembelajaran mandiri BAB dan BAK hanya sampai anak mematuhi pembiasaan bukan tujuan. Anak mampu memahami pola biologis tubuhnya dan memberikan respon dengan melakukan BAB dan BAK mandiri di kamar mandi secara tertib, bersih dan sehat adalah goalnya. Saya yakin anda sependapat dengan saya untuk goalnya.
Komunikasi Penting
Anak perlu memahami tentang BAB dan BAK. Orang dewasa perlu mengerti, anak telah pahami informasi yang kita sampaikan padanya. Alternatif komunikasi menjadi kuncinya. Penggunaan bahasa tubuh, bahasa isyarat, ataupun PECS (Picture Exchange Communication System) dapat dijadikan pilihan.
turunkan celana di kemandirian BAK
Buang air kecil di kemandirian bak
Dua kartu diatas, adalah bagian dari sekuen BAK yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam melatih anak dengan keterbatasan komunikasi melakukan BAK secara mandiri.
Lakukan secara konsisten dan kontinu.
Pembiasaan dapat menjadi pemahaman dan pola perilaku, setelah dilakukan paling tidak 3 minggu secara terus menerus. Jika selama 3 minggu tersebut terselip, anak tidak melakukan pembiasaan (apapun alasannya, apakah anak sakit atau orang dewasa yang mendampingi tidak melakukan tugasnya) maka sebaiknya program ini diulangi kembali.
Lakukan pencatatan yang dapat dijadikan acuan
Tanggal | Jam | BAB | BAK | Tempat | Keterangan |
26 agustus’16 | 12.32 | Kamar tidur | Tidak terpantau
Saat anak tidur siang |
||
Penghargaan pada usaha anak BAB/ BAK mandiri.
Dihargai, dianggap mampu, mendapatkan manfaat dari perilaku, ataupun hadiah, merupakan motivasi untuk mendorong seseorang mau melakukan secara berulang. ABK bersemangat untuk mampu melakukan BAB dan BAK secara mandirim jika anak merasakan dukungan, dengan imbalan yang sesuai,
Langkah ke tiga. Let it Go
Untuk orangtua yang mendampingi ABK, ini langkah yang susah-susah gampang. Sulit dilakukan karena banyak orangtua yang terpola dengan pemikiran 3 T (Tidak mau susah, Tidak mau repot dan Tidak sabar). Melayani anak dijadikan solusinya.
Kita sebaiknya paham, bahwa dalam belajar memang perlu latihan. Keberhasilan dicapai melalui proses, bukan instan. Menghargai anak mampu melakukan setiap proses, walaupun hanya sedikit lebih penting daripada mengambil alih kemandirian anak, dengan melayani. Kembali lagi, karena anak akan merekam pengalaman, membentuk pola baru dan menjadikan pola tersebut sebagai acuan kemandiriannya.
Tiga langkah sudah disampaikan, sekarang giliran anda untuk mempraktekkan. Saya menunggu kesediaan anda untuk berbagi pengalaman tentang kemandirian ke kamar mandi melalui Toilet Training.
By: Bunda Nefri, Trainer Kemandirian Anak, Empowering-Parenting Coach
Ikuti Kelas Training Online YPKA “Seri Kemandirian”
Terima kasih atas informasinya,jika anak penyandang disabiltas komunikasi,apakah perlu isyarat untuk bisa berkomunikasi??
Terima kasih atas kunjungan ibu ke laman kami.
Ada bbrp cara yang dapat dipakai untuk membantu ananda dengan hambatan komunikasi, untuk saat ini bahasa isyarat yang lebih banyak dipakai. Alternatif lain adalah dengan menggunakan KKB (kartu komunikasi bergambar) (PECS, Picture Exchange Communication System).
YPKA menyediakan KKB dalam bentuk buku saku yang praktis dan berisi sequence kegiatan, misal mandi, makan dsb
Untuk mendapatkannya silakan lihat di halaman KKB
Semoga manjawab pertanyaan ibu