Masa Depan Anak Berkebutuhan Khusus

 

gambaran masa depan

Bayangkan masa depan. Masa depan anak-anak berkebutuhan khusus.

Pernahkah kita sadari, waktu berlalu dengan cepat? Anak-anak tumbuh besar dan berkembang. Tubuhnya tidak sekecil dulu, pemikirannyapun bertambah. Kedekatan dan peranan kita pada mereka makin berkurang.

Sedikit beda dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Ya! Tepat sekali, beberapa ABK mengalami ketidakseimbangan perkembangan dan pertumbuhan. Usia bertambah, tubuh  mengalami perubahan. tetapi kepandaian dan kemampuannya sering tak sejalan. Pernahkah terlihat seseorang dewasa dengan perilaku kekanak-kanakan? Itu salah satu contohnya.

Tahukah anda, (dari hasil diskusi bersama para pemerhati ABK), secara umum ada 2 kelompok besar DBK  (Dewasa Berkebutuhan khusus). Pengelompokan ini mengacu pada kesiapan DBK sebagai bagian dari lingkungan masyarakat di usia dewasa.

Kelompok Pertama, adalah DBK yang mampu berada dimasyarakat. Sebagai ABK mereka dididik dan dipersiapkan dengan baik.Mereka  memasuki dunia dewasa dengan kemandirian penuh, tidak hanya mampu mandiri dan bertanggungjawab pada kebutuhan dirinya, tetapi juga memilki kontribusi cukup pada keluarga dan masyarakat sekelilingnya.

ABK yang ini, mampu bekerja, besar kesempatan menikah, memiliki keluarga dan bersosialisasi dengan baik. (Walalupun masih ada sisa sikap atau ciri sebagai individu yang berkebutuhan khusus).

Kelompok pertama ini, berada di jalur umum perkembangan dan pertumbuhan menjadi dewasa. Sama dengan teman-teman sebayanya. Jika bukan karena kekhususan mereka yang dihilangkan/ dikurangi, mereka mendapat fasilitas dan dukungan untuk beradaptasi dengan tantangannya. Misalnya anak-anak penyandang disabilitas fisik. Menggunakan alat bantu seperti kursi roda, tongkat penyangga hingga anggota tubuh buatan (kini sudah dikembangkan anggota tubuh bionik), dapat mengurangi kendala berbaur di masyarakat secara maksimal

Kelompok Kedua, adalah ABK yang dengan berbagai alasan tidak dapat mandiri dan bertanggungjawab. Mereka, tetap membutuhkan bantuan/ dukungan untuk bisa melalui hari-harinya.

 

Fokus kita kali ini adalah, kelompok ke dua, . Kira-kira bagaimana masa depan mereka ? Seberapa penting untuk anda sebagai orangtua ataupun profesi lain yang mendukung ABK memahaminya.

Tahukah Anda, masa depan ABK adalah goal pendampingan kita.  Melalui runtutan ke belakang dari goal tersebut, kita dapat  merancang dukungan ataupun pendampingan ABK. Fasilitas, sarana dan prasarana maupun dana yang dibutuhkan.

Bapak dan ibu, pilihan masa depannya adalah

  1. Dirawat oleh anggota keluarganya, di rumah keluarga.

Tinggal bersama orangtua memang menjadi pilihan terbanyak. Selain orang tua kandung yang merawat, pilihan ini biasanya melibatkan saudara kandung, atau seseorang dari keluarga besar . Bergantian atau bersama-sama mereka akan merawat DBK (Dewasa Berkebutuhan Khusus)   hingga akhir hayat.

Beberapa DBK ada yang mencapai usia lebih dari 40 tahunan. Bayangkan, jika Ananda sudah berusia 40 tahun, berapa usia ayah dan ibu anda?   Pastinya lebih dari 60 tahunan ya?. Manusia di atas usia 60 tahun, sudah mengalami banyak penurunan dalam kemampuan fisik dan mental. Masih mampukah kita merawat DBK kita ?. Sanggupkah?

Untuk DBK, dengan keterbatasanya, pilihan pertama ini hanya memungkinkannya beraktifitas di sekeliling rumah saja. Interaksi juga sosial terbatas. Pilu. Mendengarnya. Pilu membayangkan kehidupan DBK dan ayah bundanya saat itu.

  1. Tinggal di rumah orangtua dengan pembantu/ suster/ terapis yang khusus melayani

Tidak berbeda dengan kasus pertama, di kasus yang ini DBKpun tinggal bersama orangtuanya. Sedikit lebih beruntung, karena ada pendamping khusus untuknya. Pendamping ini didatangkan untuk tinggal  atau hanya bekerja paruh waktu di rumah keluarga.

Aktifitas DBK, masih  berkisar pada aktifitas rumah. Sesekali ia akan  melakukan aktifitas keluar rumah, untuk pengobatan, atau acara keluarga. Kehadiran tenaga khusus seperti pembantu, suster atau terapis sebagai orang yang digaji khusus untuk mendampingi dan mengawasi, lebih memberi kesempatan beraktifitas dibandingkan pilihan sebelumnya.

Untuk orangtua juga tidak terlalu berat. Tidak perlu fisik terlibat penuh untuk merawat Ananda.

  1. Tinggal di Rumah-rumah Perawatan.

Beda lagi, cerita DBK yang ini. Mereka akan tinggal di rumah-rumah perawatan seperti panti jompo, panti yatim piatu, panti sosial, dsbnya. Sehari-harinya akan ada seseorang yang bertanggungjawab di panti. Satu penanggungjawab melayani beberapa orang DBK

Tanggungjawab yang dikuasakan meliputi pemenuhan kebutuhan hidup bagi para DBK. Kebutuhan fisik, seperti makan, minum, kebersihan, kesehatan dan keamanan. Kehidupan sosial lebih terbuka, karena berinteraksi intensif sesama penghuni panti.

Kemungkinan mereka tidak punya penghasilan dari hasil kerjanya. Hidup bergantung pada sanak keluarga dan dana sosial pemerintah setempat. Interaksi dengan keluarga juga sangat minim.

  1. Tinggal Bersama dengan pengawasan.

Kini dikembangkan oleh yayasan atau lembaga sosial, dukungan kemandirian melalui kelompok-kelompok kecil. Kelompok ini terdiri  dari beberapa DBK(3 hingga 5 orang) tinggal bersama dalam satu rumah.

Seseorang/ beberapa orang diberi wewenang untuk mendampingi, menjaga dan mengurus kegiatan para DBK  dalam keseharian.   Dengan prinsip mengawasi dan membimbing bukan melayani seperti dipilihan sebelumnya.

Punya aktifitas keseharian yang lebih beragam. Punya penghasilan sendiri atau dengan bantuan keluarga/ dinas sosial. Tetapi masih perlu pendampingan. Terutama dalam hal bertanggungjawab dan safety (keamanan). Kehidupan sosialnya masih terbatas. Hanya berkisar di lingkungan panti, tempat bekerja (jika mampu bekerja).

  1. Tinggal Bersama atau Mandiri dengan  Mengikuti program kegiatan sosial.

Pilihan berikutnya, beberapa DBK menguasai ketrampilan. Kelompok yang ini, sejak usia kanak-kanak terlihat aktif mengikuti/ memiliki kegiatan-kegiatan  pendidikan. Mereka lulusan dari lembaga pembelajaran, seperti kursus menjahit, kursus montir.

Kehidupan sosial mereka lebih baik dari kelompok sebelumnya. Keahlian yang mereka kuasai, dapat memberikan kesempatan DBK untuk aktif dalam kegiatan sosial dan bekerja secara berkala ataupun berkesinambungan, misalnya bekerja sebagai tenaga sortir hasil produksi perusahaan mainan anak-anak.

Mereka bisa tinggal bersama di rumah tinggal, atau hidup mandiri di rumah masing-masing.

  1. Hidup dalam Perawatan dengan fasilitas penunjang

Apa jadinya jika kita bergantung pada peralatan medis? Tentunya tidak banyak aktifitas yang bisa dilakukan ya?. Keterbatasan aktifitas dijalani karena syarat operasional, penggunaan maupun perawatan, alat bantu medis.  Misalnya alat pacu jantung. Menggunakan alat pacu jantung, mengharuskan penggunanya membatasi kegiatan yang dapat memicu kerja alat menjadi lebih keras.

Berolahraga berat sangat tidak dianjurkan. Selain itu, aktifitas harian lain dapat dilakukan seperti orang-orang pada umumnya. Ke kantor, berbelanja, bersilahturahmi dsbnya.

 

Saya tidak tahu bagaimana pendapat anda. Ayah dan ibu, yang saya pahami adalah setiap orang, termasuk DBK berhak pada  kehidupan masa depan. Tetapi pengalaman saya, memilih, mempersiapkan dan menjalani setiap hari dalam mempersiapkan ABK menyongsong masa depan, bukan hal yang mudah. Banyak pengorbanan harus dikeluarkan. Dan kami tidak mau menyerah, tetap ingin memperjuangkan masa depan terbaik bagi putra/i kami.

Ingat ya, kita sebagai orangtua tidak bisa menjadi pendamping anak selama-lamanya. Mungkin kita atau mereka dulu yang akan menghadap sang khalik. Sendirian tanpa orangtua, harus mereka hadapi. Jadi…Yuk pilih satu dari ulasan di atas, dan persiapkan anak sebaik-baiknya  Pastikan dengan upaya keras kita, mereka  siap menghadapi dunia.

Penulis: Bunda Nefri